Sabtu, 29 November 2014

Mukaddimah

Saturday, June 10, 2006


Titik, Titik Awal dan Titik Balik



Titik adalah hasil dari persetubuhan antara pena dan kertas, yang dijiwai oleh curahan pikiran dan perasaan para pengguratnya.

Titik adalah awal dari semua bentuk goresan gambar dan tulisan, yang dalam perjalanannya bisa menjadi apa saja dan bisa pula tak menjadi apa-apa.

Sebuah titik pada akhirnya akan menentukan sendiri nasibnya.
Mencari sendiri jalannya.

Titik balik adalah suatu koordinat dari sebuah garis perjalanan hidup yang telah terpuruk sedalam-dalamnya.
Suatu situs ketika sebuah fungsi mencoba bangkit kembali demi hadirnya sebuah keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.


Titik balik menginspirasikan untuk tidak naif dalam menyikapi masa depan dan mengingatkan bahwa sebenarnya ada banyak hal yang bisa dilakukan.

Sebuah titik, adalah pertanda dari suatu awal, semacam permulaan.

Menjadi suatu kebanggaan bagi kami yang telah berani untuk memulai sebentuk perjuangan
tanpa harus tahu kapan berakhirnya
dan siapa yang kelak akan mengakhirinya
atau apakah akan berhasil akhirnya.




Salam


follow on twitter  @ahmad_the1st

Selasa, 20 Juli 2010

MENAKAR KETULUSAN CALON PEMIMPIN



PILKADA (BUKAN) BATU LONCATAN MENUJU PILGUB



Sebagai pembuka, tulisan ini setidaknya dipengaruhi oleh kejadian beberapa waktu yang lalu ketika seorang anggota Komisi penting di negeri ini memilih untuk menerima pinangan dari pengurus baru sebuah partai besar, suatu peristiwa yang sempat mengguncang peta politik dalam negeri. Tulisan ini diilhami pula oleh pulangnya Ilmuwan nuklir Iran Shahram Amiri - setelah mengalami penculikan oleh agen AS disaat sedang berziarah ke Madinah- yang menolak 10 juta dolar untuk wawancara 10 menit dengan CNN atau bahkan 50 juta dollar agar Amiri tidak kembali ke Iran. Paling tidak, sikap Amiri menegaskan bahwa integritas dan Nasionalisme bukan sesuatu yang bisa dibeli. Dan terakhir, tulisan ini sepakat dengan pemikiran Syarif Hidayat : Pilkada yang Tersandera yang dimuat di Halaman Opini Kompas (Jumat/16 Juli 2010). Penting dicatat, tulisan ini tidak ditujukan untuk kepentingan politik pihak tertentu, dan memanfaatkan atau mengutipnya untuk dijadikan referensi yang berimplikasi politik adalah hal yang sepenuhnya diluar konteks .

Adalah hal yang lumrah dan terasa wajar bila sebuah kalimat berbunyi : rakyat pada hari ini akan memilih pemimpin yang terbaik menurut mereka, tapi menjadi lucu ketika kalimat itu kemudian dibalik : pemimpin terbaik itu akhirnya memilih rakyat yang ingin dipimpinnya. Adanya wacana menyangkut majunya beberapa tokoh (baik itu legislatif maupun eksekutif, birokrat maupun teknokrat) di kabupaten dalam pemilihan gubernur sekarang ini sangat marak kita dengar dan sepintas, kita berhasil dikondisikan untuk menganggapnya bukan masalah. Tapi, betulkah demikian?. Jawaban yang akan kita dengar kira-kira seperti ini : wajarlah bila beliau kemudian maju, kapasitasnya sudah bukan level daerah lagi, beliau sudah diperhitungkan di tingkat nasional. Ada pula yang berpendapat lebih agitatif, tokoh daerah yang meningkat ke level regional atau nasional bisa berdampak bagus, nanti didaerah kita bisa dibangun bandara internasional atau jalan beton ratusan kilometer. Kedua rasionalisasi di atas memang bisa diterima, tetapi bisa juga ditolak. Bagi yang ekstrim menolak, akan mengatakan bahwa pemimpin tersebut cenderung tidak tulus dalam memimpin, dalam bahasa interpersonal : pemimpin tersebut tidak memiliki ikatan bathin dengan daerahnya. Menjadi kasar bila kemudian pemimpin tersebut dikatakan haus kekuasaan.

Bila dilihat dari sisi politik, tentunya kinerja sang tokoh akan terganggu dengan adanya agenda-agenda sosialisasi ke daerah-daerah (yang dilakukan jauh-jauh hari sebelum cuti resmi diajukan). Sehingga secara etis, proses percobaan alih posisi ini pastilah berdampak besar terhadap pelaksanaan tugas pokok. Dari sisi ekonomi, besarnya ongkos-ongkos politik akan menjadi beban tersendiri bila kemudian pada akhirnya tidak terpilih. Dan hal ini memancing praktek-praktek illegal untuk menutupi kerugian yang harus di tanggung sang kandidat. Dan bila pun kemudian terpilih,masih akan menyisakan masalah berupa kekosongan posisi yang ditinggalkan. Bisa pula terjadi kebingungan politik seperti yang menimpa salah satu komisi yang sudahdiutarakan di muka tulisan ini. Pada saat seperti ini, ketegasan profesi (baca :kesetiaan) menjadi hal yang terasa asing. Tapi juga akrab.

Seorang pemimpin yang tulus, bisa terasa ketulusannya ketika dia benar-benar ada untuk rakyatnya. Disaat dia memilih untuk berhenti, selayaknya dia berpamitan dengan cara baik. Bahwa dalam hidup, dia perlu tantangan yang lebih besar. Janganlah menjadikan rakyatnya sebagai safety matrass (kasur pengaman). Toh, bila terjatuh nantinya, masih ada rakyat yang bisa dan mau dipimpin kembali. Bila sudah demikian, maka akan tampaklah secara nyata, betapa rakyat –tanpa bisa menolak- kemudian ditempatkan dalam kondisi ketidakpastian politik. Dan ketidakpastian arah pembangunan.

Dalam perspektif moral, pemimpin seharusnya bukanlah posisi jenjang karir dari sebuah wilayah yang sempit yang kemudian meningkat ke wilayah yang lebih luas. Dalam konteks memimpin, moralitas seorang kepala desa, seharusnya dipandang sejajar dengan camat, bupati, gubernur bahkan presiden yaitu kemauan tulus untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat. Secara jujur, hal tersebut mungkin sangat sulit kita dapati dewasa ini. Meski tidak utopis.

Kemudian, untuk menjawab pertanyaan di judul tulisan ini tentang apakah pilkada kabupaten menjadi batu loncatan bagi pilgub atau tidak, akan berpulang pada maksud dibalik pertanyaan tersebut. Bila akan dikembangkan sebagai analisa fenomena politik dewasa ini, maka indikasinya memang semakin kuat. Bila dimaksudkan untuk langkah antisipatif dalam rangka penjaringan kandidat, maka perlu ada metode, baik itu dalam revisi produk hukum hingga kontrak social yang lebih bersifat konvensi sehingga menghindari kontradiksi dan uji materiil. Perlu pula dilakukan kajian-kajian yang komprehensif bagaimana dampak social politik dari daerah-daerah yang secara faktual menjadi stepping stone (batu loncatan) tersebut. Namun, terlepas dari kedua hal di atas, Pilkada dewasa ini nampaknya telah menjadi ajang untuk numpang tenar. Betapa tidak, public figur (baca:artis-artis) yang sudah sekian lama kabarnya tak kita dengar tiba-tiba muncul di tivi sebagai kandidat. Mereka memang punya modal awal yaitu popularitas sehingga hanya perlu sedikit polesan untuk kemudian menjadi electable (layak untuk dipilih). Pilkada sudah menjadi semacam candu. Jangan sampai ketagihan

Akhirnya, hanya hati yang tuluslah yang akan mampu menakar ketulusan. Yang bisa melihat malaikat di dalam dada seorang pemimpin, kemudian memutuskan untuk mengikutinya. Dan, tidak malah menampiknya.

Kamis, 14 Februari 2008

Bagian III dari Trilogi 301 Milestones

Dan Waktu, Giliran Kaum Muda
Kepemimpinan Kaum Muda Menuju 2020


I. Latar Belakang

Kaum Muda atau Pemuda bukanlah suatu pengelompokan masyarakat berdasarkan usia saja. Lebih dari itu kaum muda adalah sebuah kekuatan strategis yang memiliki kapasitas dan kapabilitas unik dan hanya satu-satunya yang diperlukan untuk mendobrak kesalahan di dalam sistem yang telah mapan dan statis.
Kaum Muda dengan semangatnya yang melampau batas-batas rasionalitas pemikiran dan seringpula bekerja di luar batas nilai-nilai yang berlaku bisa menjadi solusi dari kebuntuan yang terjadi akibat menurunnya kreativitas dan hilangnya daya inovasi dari rezim yang telah renta dan kelelahan.
Kaum muda adalah variabel penggerak dan pengarah ketika keterpurukan peradaban menuju pada sebuah titik balik.
Kaum Muda adalah potensi dasar dari lahirnya sebuah warna baru kepemimpinan. Kepemimpinan Kaum Muda


II. Sasaran

A. Arah : Menciptakan/Mewujudkan sebuah generasi dengan segala dinamikanya yang memiliki pandangan dan nilai yang sama dengan mengedepankan semangat perubahan dan keberlanjutan

B. Sasaran : Terciptanya/Terwujudnya suatu generasi yang memiliki kesatuan pandangan dan penerimaan terhadap nilai-nilai yang sama sehingga memudahkan komunikasi dan kolaborasi di dalam bermasyarakat.



III.Pendekatan dan Strategi

A. Strategi Pemetaan Sektoral
Pemetaan sektoral ditujukan agar setiap komponen generasi bisa mendapatkan pembinaan sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing serta memudahkan identifikasi kebutuhan dan pengelolaan isu di setiap sektor

B. Strategi Peningkatan Profesionalisme
Peningkatan Profesionalisme adalah yang paling utama bukan hanya untuk meningkatkan produktivitas tetapi juga untuk lebih memahami kesalingterkaitan dan keterpaduan setiap elemen profesi di dalam masyarakat.

C. Strategi Komunikasi Lintas Sektor
Adanya suatu sistem komunikasi dari semua sektor profesi pada semua tingkatan menjadi hal yang mutlak. Untuk itu, diperlukan unsur-unsur perekat dalam menciptakan rasa saling percaya dan kebersamaan antar sektor. Terutama sektor-sektor yang memiliki keterkaitan secara langsung.


IV. Program Implementasi

A. Penyusunan Rencana

1. Identifikasi Masalah/Sumber daya :
a. Pemahaman terhadap kondisi riil masyarakat dan tata laku yang mengatur sistem sosial pemerintahan dan non pemerintahan.
b. Penciptaan kondisi dinamis generasi muda secara keseluruhan yang memiliki kesatuan visi dan kesamaan orientasi masa depan.
c. Penggerakan kaum muda sebagai bagian dari masyarakat untuk meningkatkan produktivitas kerja dan daya cipta.
2. Penyusunan rencana Jangka Panjang
a. Perencanaan kondisi ideal sebuah masyarakat yang berubah sejalan dengan misi pembangunan tahap demi tahap menuju terwujudnya suatu visi di masa depan
b. Penciptaan dan Pemahaman tentang tata laku lokal yang memberi batasan bagi setiap tahap perubahan dalam proses pembangunan
3. Penyusunan Rencana Jangka Pendek
a. Pencapaian perubahan sesuai dengan misi yang sedang dijalankan untuk dipertahankan dan ditingkatkan tahap demi tahap.
b. Penyesuaian terus menerus antara strategi perubahan yang digunakan dengan daya dukung yang ada di dalam masyarakat.

B. Realisasi Rencana

1. Keterlibatan dalam Penentuan dan Pengawasan Kebijakan
a. Keterlibatan dalam Pemerintahan
b. Keterlibatan dalam sektor swasta dan organisasi non pemerintah
c. Keterlibatan dalam Penegakan Hukum
2. Optimalisasi Forum Komunikasi, badan dan fasilitas Penunjang
a. Perencanaan pertemuan rutin pemuda, forum silaturahmi baik formal maupun informal untuk membahas visi dan misi pembangunan
b. Pengembangan Youth Center sebagai pusat informasi kaum muda dengan kredibilitas dan kemampuan pengumpulan data yang cepat, tepat dan akurat.
c. Pengembangan Youth Fund menjadi sebuah yayasan dengan membawahi beberapa badan usaha untuk pendanaan yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada sumber dana perorangan.
3. Penegasan peran dan posisi tawar
a. Adanya data tentang perubahan-perubahan positif di dalam institusi atau sistem sosial yang secara nyata dipengaruhi oleh tingginya posisi tawar pemuda dalam institusi tersebut
b. Adanya pengakuan dari individu atau kelompok baik secara ilmiah atau pengalaman empiris yang menegaskan tentang peran penting pemuda.
4. Penghargaan
Adanya penghargaan yang diberikan kepada pemuda yang dianggap berjasa dibidangnya baik itu dari pemerintah maupun non pemerintah.

C. Evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk dapat menilai realisasi rencana program yang telah tercapai. Untuk itu diperlukan indikator-indikator serta pengkajian yang menyeluruh dan terus menerus terhadap kondisi masyarakat.

D. Follow Up dan Rencana Alternatif

Sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi maka diperlukan adanya follow up dari keberhasilan pencapaian sasaran dan rencana alternatif untuk setiap kondisi yang terjadi di luar perencanaan awal.



Majene, 14 Februari 2008
AR

Selasa, 13 Juni 2006

Bagian II dari Trilogi 301 Milestones

MENUJU REFORMASI RADIKAL

Pemberdayaan Generasi Muda Berbasis Gerakan Mahasiswa


I. Latar Belakang

Dalam upaya mengembalikan peran strategis mahasiswa sebagai pilar generasi muda bangsa maka mahasiswa seharusnya tidak terkungkung dalam dunianya sendiri ataupun dalam romantisme sejarah pergerakannya. Mahasiswa seharusnya memprakarsai sebuah gerakan pembaharuan yang sejalan dengan cita-cita pergerakan mahasiswa sebagaimana tertuang dalam Sumpah Mahasiswa Indonesia.

Kemudian sebagai bentuk nyata partisipasi mahasiswa dalam perbaikan karakter bangsa maka dapat diambil metode pendidikan sebaya yang kemudian dapat dikembangkan satu generasi ke atas dan satu generasi ke bawah. Dengan demikian, perhatian mahasiswa tidak lagi terfokus kepada dunia kemahasiswaan saja, melainkan juga memperhatikan usia sekolah dasar hingga menengah dan juga mencakup angkatan kerja yang baru saja meninggalkan bangku kuliah.

Semua hal diatas dianggap penting karena jiwa dan semangat mahasiswa harus senantiasa dijaga dan dilestarikan, agar selalu menjadi harapan terakhir untuk sebuah perubahan, sebelum pasrah dan tawakkal kepada Tuhan.


II. Sasaran

A. Arah : Menciptakan/Mewujudkan sebuah generasi yang memahami peran dan fungsinya di dalam masyarakat dari waktu ke waktu, dengan tetap menjaga keyakinannya terhadap kebenaran perjuangan mahasiswa dalam sikap, perkataan, dan tindakan.

B. Sasaran : Terciptanya/Terwujudnya sebuah generasi muda yang memiliki kesatuan pandangan tentang peran dan fungsinya di dalam membangun masyarakat serta meyakini nilai-nilai perjuangan mahasiswa sebagai sesuatu yang selalu harus dijaga dan dilestarikan.


III.Pendekatan dan Strategi

A. Strategi Pengorganisasian/Penghimpunan Potensi

Pembagian peran ditujukan agar setiap komponen generasi muda bisa menyiapkan diri sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing serta memudahkan identifikasi masalah yang ada pada tiap komponen generasi muda.

B. Strategi Pengembangan

Pengembangan SDM adalah hal utama dalam pembangunan generasi muda berbasis perjuangan mahasiswa selain itu diperlukan pula suatu struktur yang mengatur hubungan antar tiap komponen, serta infrastruktur pendukung baik internal maupun eksternal.

C. Strategi Keterpaduan

Integrasi Manajemen ditujukan agar tidak terjadi ketegangan ketika terjadi perubahan peran dan fungsi dari satu komponen generasi muda menjadi komponen yang lain. Integrasi Pembinaan diadakan agar proses pembinaan dari setiap komponen tidak saling tumpang tindih, justru diharapkan saling menopang satu dengan lainnya.


IV. Program Implementasi

A. Penyusunan Rencana

1. Identifikasi Masalah/Sumber daya :

a. Pemahaman terhadap nilai-nilai perjuangan mahasiswa.
b. Penciptaan kondisi dinamis generasi muda secara keseluruhan yang mendukung cita-cita perjuangan mahasiswa.
c. Penyadaran masyarakat tentang posisi strategis Generasi Muda dalam pembangunan.

2. Penyusunan rencana Jangka Panjang

a. Kondisi ideal sebuah masyarakat dalam paradigma perjuangan mahasiswa sebagai unsur vital generasi muda.
b. Model perubahan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai pergerakan mahasiswa.

3. Penyusunan Rencana Jangka Pendek

a. Pencapaian kondisi ideal masyarakat yang senantiasa diusahakan untuk diwujudkan dan dipertahankan tahap demi tahap.
b. Penyesuaian terus menerus antara strategi perjuangan yang digunakan dengan kondisi riil yang ada di dalam masyarakat.

B. Realisasi Rencana

1. Optimalisasi Peran dari setiap komponen strategis

a. komunikasi efektif
Adanya Forum atau pertemuan secara berkala yang menghimpun seluruh komponen generasi muda untuk membicarakan segala persoalan baik internal maupun eksternal.

b. penyatuan persepsi
Adanya kesepakatan dan rekomendasi yang dihasilkan dari forum tersebut yang bisa memberikan sumbangsih yang berarti khususnya bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

c. hubungan eksternal
Perlunya dibangunan komunikasi dan kesepahaman terhadap pihak-pihak yang bisa diajak bekerja sama dalam usaha perubahan yang dilakukan baik itu oleh generasi muda sendiri ataupun bersama-sama dengan komponen masyarakat lainnya.

d. evaluasi
Perlunya dilakukan penilaian terhadap kinerja yang telah dilakukan serta dilakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kerja.

2. Pendirian dan pengembangan badan dan fasilitas Penunjang

a. Perlunya sebuah Youth Center sebagai pusat informasi perjuangan bagi setiap komponen yang terlibat dengan tingkat kerahasiaan yang disesuaikan.

b. Perlunya sebuah Youth Fund untuk membantu dalam hal pendanaan dengan pengelolaan yang profesional dan transparan.

3. Perluasan Akses/Penguatan Posisi Tawar

a. Adanya akses ke dalam lembaga-lembaga yang terkait

b. Adanya publikasi yang memadai tentang perjuangan untuk menguatkan posisi tawar generasi muda.

4. Kaderisasi

a. Profesionalisme

Adanya Profesionalisme demi menghindari kesalahan-kesalahan teknis yang terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan.

b. Etika

Adanya etika yang mengatur pola sikap generasi muda dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai perjuangan mahasiswa.


C. Evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk dapat menilai tahap-tahap perubahan yang telah tercapai, sedang dilaksanakan dan akan direncanakan oleh generasi muda. Untuk itu diperlukan indikator-indikator serta pengkajian yang menyeluruh dan terus menerus terhadap kondisi masyarakat.


D. Folllow Up dan Rencana Alternatif

Sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi maka diperlukan adanya follow up dari keberhasilan pencapaian sasaran dan rencana alternatif untuk setiap kondisi yang terjadi di luar perencanaan awal.



Sunday, June 11, 2006

Minggu, 23 April 2006

Bagian I dari Trilogi 301 Milestones

LIMA TAHUN
23 April 2000- 23 April 2005

Dimensi Mahasiswa dalam Pembangunan
(University Student in Development Process)


I. Latar Belakang

Bentuk-bentuk partisipasi mahasiswa dalam pembangunan daerah secara garis besar bisa terbagi atas dua model. Model yang pertama bisa ditemui dalam bentuk gerakan moral dalam kapasitas mahasiswa sebagai penyeimbang (agent of social control), dan model kedua adalah keterlibatan mahasiswa secara langsung (agent of change) sebagai mitra sejajar dengan komponen-komponen lain yang terlibat di dalam pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Langkah awal dari partisipasi mahasiswa dalam pembangunan adalah identifikasi peran yang bisa dijalankan oleh mahasiswa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai kaum intelektual yang menjunjung tinggi rasionalitas dan kebenaran ilmiah. Penting untuk ditekankan bahwa keterlibatan mahasiswa sebagai intelektual dalam proses pembangunan tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai perjuangan mahasiswa.
Semua hal diatas dipandang perlu karena jiwa dan semangat mahasiswa harus senantiasa dijaga dan dilestarikan, agar selalu menjadi tumpuan bagi sebuah keseimbangan dan senantiasa menjadi harapan akan perubahan kearah yang lebih baik, sebelum pasrah dan tawakkal kepada Tuhan.

II. Sasaran

A. Arah : Mewujudkan suatu keadaan di masyarakat yang memberi tempat kepada mahasiswa untuk beraktualisasi diri dalam pembangunan

B. Sasaran : Terlibatnya mahasiswa secara langsung dengan peran yang signifikan dalam pembangunan


III.Pendekatan dan Strategi

A. Strategi Pemetaan Partisipasi

Pemetaan partisipasi ditujukan untuk mencari titik-titik temu antara persoalan-persoalan yang ada di masyarakat dengan solusi-solusi yang bisa ditawarkan oleh kaum intelektual (mahasiswa sebagai warga kampus) dengan tingkat partisipasi yang disesuaikan dengan ketentuan atau peraturan aturan-aturan formal maupun non formal yang berlaku di masayarakat.

B. Strategi Pengembangan Kapabilitas

Tingkat partisipasi dari kaum intelektual (mahasiswa sebagai warga kampus) akan sangat ditentukan oleh kompetensi yang memadai untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah hingga ditemukannya solusi yang ilmiah dan rasional untuk masalah tersebut. Keterlibatan ini akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang dimiliki oleh kaum intelektual (mahasiswa) yang mencakup kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Oleh karenanya, diperlukan suatu perencanaan pengembangan SDM yang berujung pada tersedianya SDM yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang siap pakai.

C. Strategi Keterpaduan Kerja

Pembangunan adalah kerja yang seharusnya melibatkan seluruh komponen masyarakat. Meski demikian, dalam pembangunan tetap diperlukan adanya sebuah sistem yang mengatur tingkat dan model partisipasi dari setiap komponen. Hal ini ditujukan agar tercapai suatu model kerja yang efektif dalam arti tidak meleset dari sasaran dan terpadu dalam arti seluruh kerja adalah suatu rangkaian yang mengarah pada sebuah visi yang lebih besar.

IV. Program Implementasi

A. Penyusunan Rencana

1. Identifikasi Masalah/Sumber daya :
a. Pemahaman terhadap nilai-nilai perjuangan mahasiswa.
b. Penciptaan kondisi aktual dunia kemahasiswaan yang mendukung segala bentuk aktivitas dan partisipasi mahasiswa dalam pembangunan.
c. Penyadaran pemerintah tentang potensi SDM dan peran serta fungsi mahasiswa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2. Penyusunan rencana Jangka Panjang
a. Bentuk-bentuk partisipasi mahasiswa yang tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu dan bersifat kontinyu.
b. Tingkat keterlibatan mahasiswa yang bisa berpengaruh secara signifikan terhadap pengambil kebijakan.
c. Kultur intelektual yang dilekatkan dalam budaya dan gaya hidup masyarakat.

3. Penyusunan Rencana Jangka Pendek
a. Pencapaian kompetensi mahasiswa yang memiliki kemampuan dan kecakapan untuk diaplikasikan secara langsung di dalam masyarakat yang sedang membangun.
b. Penyesuaian terus menerus antara strategi pelibatan serta kapabilitas mahasiswa dengan masalah-masalah aktual yang timbul di dalam masyarakat.

B. Realisasi Rencana

1. Penciptaan Kondisi

a. Forum Dialog dan Identifikasi Peran
Adanya pertemuan antara mahasiswa sebagai kaum intelektual dengan semua komponen yang memiliki peran dan keterlibatan dalam proses pembangunan.
Kesepahaman yang dihasilkan dari pertemuan tersebut akan menjadi titik awal atau dasar bagi keterlibatan mahasiswa secara langsung di dalam pembangunan.
b. Informasi dan Sosialisasi
Tersedianya informasi yang memadai dengan tingkat kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dari masalah–masalah yang ada di masyarakat untuk diberikan umpan balik yang sesuai dari mahasiswa. Solusi tersebut kemudian disosialisasikan kepada masyarakat sehinggasekaligus solusi-solusi yang diperoleh bisa menjadi model pembelajaran yang sesuai dengan kultur yang hendak dibangun oleh mahasiswa sebagai kaum intelektual.
c. Evaluasi
Adanya evaluasi serta pengkajian hubungan antara mahasiswa, pemerintah, swasta dan masyarakat yang terfokus pada interaksi serta kerjasama yang terjadi dalam kerangka kerja pencapaian visi pembangunan.

2. Pengadaan dan pengembangan Sarana dan Prasarana Penunjang

a. Adanya sebuah Development Information Center yang bisa diakses oleh masyarakat dan memberi ruang untuk penyampaian aspirasi secara langsung dalam kerangka pencarian solusi atas masalah-masalah yang timbul di dalam masyarakat.
b. Adanya sebuah media komunitas yang bisa menjadi corong bagi mahasiswa untuk sosialisasi informasi kepada masyarakat dengan tetap mengedepankan rasionalitas dan kebenaran ilmiah.

3. Komunikasi Eksternal dan Penguatan Posisi Tawar
a. Adanya respon positif dari pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap keterlibatan mahasiswa secara langsung dalam pembangunan.
b. Adanya publikasi yang memadai tentang hasil-hasil kerja mahasiswa untuk memperkuat posisi tawar mahasiswa.

4. Pengembangan Kapasitas dan Kapabilitas

a. Kompetensi
Adanya kompetensi dasar yang dimiliki oleh mahasiswa untuk menciptakan kondisi aktual mahasiswa yang siap secara keilmuan dan memiliki keterampilan yang kemudian menjadi potensi dasar untuk berpartisipasi di dalam pembangunan dengan tingkat keterlibatan yang disesuiakan

b. Nilai
Adanya etika yang mengatur pola sikap mahasiswa dalam rangka pencarian solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembangunan. Etika ini merujuk pada nilai-nilai perjuangan mahasiswa.

C. Evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk dapat menilai keterlibatan dan tingkat partisipasi yang telah dilakukan yang kemudian menjadi dasar untuk memperbaiki kerja-kerja yang sedang dan akan dilaksanakan. Untuk itu diperlukan indikator-indikator yang jelas serta pengkajian yang memadai terhadap seluruh rangkaian kerja dan dampaknya terhadap masyarakat.

D. Folllow Up dan Rencana Alternatif

Sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi maka diperlukan adanya follow up dari keberhasilan pencapaian sasaran dan rencana alternatif untuk setiap kondisi yang terjadi di luar perencanaan awal.


January 3rd 2005 - April 23rd 2005
Copyright@2006 by Ahmad Rivai for the spirit carries on
Email: dr_ahmadrivai@yahoo.com